Rasanya, akhir-akhir ini jalanan di Yogyakarta semakin padat. Apa ini ada hubungannya dengan dimulainya ospek di kampus-kampus? Mungkin saja. UIN Sunan Kalijaga pun turut berkontribusi dalam kepadatan jalan sekitar. Bagaimana tidak? Saat ini UIN Sunan Kalijaga sedang melaksanakan acara PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kampus). Hampir setiap mahasiswa mengendarai sepeda motor masing-masing. Belum lagi mereka yang jalan kaki ikut meramaikan jalan. Ngapain mbahas macet sih? Hahaha... Ah sudahlah.
Sahabat Inklusi, di manapun kalian membaca tulisan ini. Saat ini 30 orang sahabat inklusi di Pusat Layanan Difabel yang nama akrabnya PLD, sedang membantu pendampingan PBAK (Pengenalan Budaya Akademik Kampus). Mereka mendampingi 14 mahasiswa difabel baru di UIN Sunan Kalijaga.
Para Sahabat Inklusi membantu pendampingan PBAK ini sejak hari Senin, 27 Agustus 2018 hingga Rabu 29 Agustus 2018. Tugas para pendamping PBAK yaitu, menjadi notetaker bagi mahasiswa Tuli ketika berdiskusi, memantau mahasiswa tunanetra, ikut membantu mendorong kursi roda bagi mahasiswa tunadaksa dan menjadi juru bahasa isyarat. Selain itu mereka juga selfie-selfie, sih. Penting juga nih, poto-poto untuk dokumentasi. Semuanya harus diabadikan haha. Kalau mereka senang mengambil gambar, kan PLD jadi memiliki bahan untuk cerita pada kalian. Betul? Alasan.
Berita baru datang dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Erry, salah satu mahasiswa difabel daksa mengaku sangat antusias untuk mengikuti PBAK ini. “Seneng banget, Mbak, acaranya seru-seru, panitianya juga baik-baik.” Ceritanya sembari makan dari tangan Toha, salah satu sahabat inklusi yang mendampinginya pagi tadi.
Pendamping dari PLD pun merasa senang mengikuti acara PBAK ini. “Seneng, Mbak. Jadi kenal banyak temen, lebih akrab sama temen-temen. Bisa mengenang masa lalu juga waktu jadi maba, dulu kan sering dibentak-bentak toh... nah sekarang tuh panitianya baik-baik. Sama difabel juga ramah-ramah. Mau ikut mbantu ngurusin gitu loh, Mbak.” Cerita Fitri salah satu pendamping PBAK PLD.
Yep! Senang juga mendengar penuturan teman-teman tentang keramahan para panitia PBAK di fakultas-fakultas tahun ini. Anyway, pendampingan mahasiswa difabel seharusnya dilakukan oleh panitia fakultas, loh. Sahabat Inklusi dari PLD hanya bersifat membantu kalau darurat dan betul-betul diperlukan. Mengapa? “Karena di kampus inklusif, setiap unit seharusnya dapat menciptakan unit layanan yang mandiri dan inklusif. Contoh, di kelas tidak memerlukan pendamping kalau dosen di dalam kelas mampu menciptakan kondisi yang inklusif. Perpustakaan, kita nggak perlu meminta relawan untuk mendampingi mencari buku kalau di perpustakaan sudah ada layanan yang ramah untuk mahasiswa difabel” tutur Dr. Arif Maftuhin, M.A. Begitu pun dengan fakultas. Pendamping PBAK PLD tidak diperlukan kalau panitia PBAK dari fakultas sudah bersedia dan mampu menciptakan lingkungan PBAK yang inklusif.
Yep! Itulah sedikit cerita dan berita tentang kegiatan terbaru yang sedang berlangsung di PLD UIN Sunan Kalijaga. Ini hari terakhir PBAK, semangat ya Sahabat Inklusi!