Temu Wali Mahasiswa Difabel: PLD UIN Sunan Kalijaga Kenalkan Model Kampus Inklusif
2:33 PM PLD UIN Sunan Kalijaga 0 CommentsJumlah mahasiswa difabel yang diterima UIN Sunan Kalijaga tahun 2021 ini mencapai 27 orang, dengan rincian difabel netra dan low vision berjumlah 10 mahasiswa, Tuli 11 mahasiswa, difabel daksa 2 mahasiswa, dan difabel intelektual sebanyak 4 orang. Hal ini disampaikan Dr. Astri Hanjarwati, selaku kepala PLD, dalam acara Temu Orang tua/Wali Mahasiswa Baru Difabel. Agenda yang digelar secara daring pada Sabtu, 14 Agustus 2021 itu menjelaskan mengenai seluk beluk penerimaan mahasiswa difabel di UIN Sunan Kalijaga.
Acara temu relawan ini juga dihadiri oleh orang tua dan wali dari para mahasiswa difabel. Selama sesi bincang-bincang, mahasiswa difabel Tuli dan netra menjelaskan pengalaman mereka selama berkuliah dengan didampingi relawan PLD. Arief, salah satu mahasiswa difabel netra menyampaikan berbagai kondisi yang dihadapi selama di bangku kuliah. Sebagai mahasiswa, menurutnya mahasiswa difabel juga perlu bersikap proaktif dalam memenuhi kebutuhan akses atasa fasilitas di kampus, seperti buku-buku braille atau referensi kuliah yang lain. Sebagai keterampilan penunjang, PLD pun menyediakan beberapa program seperti pelatihan Job Access With Speech (JAWS) hingga pelatihan bahasa isyarat bagi mahasiswa Tuli.
Kemudian, Astri menjelaskan lebih lanjut tentang PLD dan UIN Sunan Kalijaga sebagai kampus inklusi. Sebagai upaya untuk mencapai hal itu para tim ahli PLD pun telah membuat sebuah modul modifikasi kurikulum bagi difabel mental. Selama 14 tahun, UIN Sunan Kalijaga menjadi pelopor kampus pendidikan inklusif secara sukarela dengan jumlah mahasiswa difabel terbanyak kedua setelah Universitas Brawijaya. Hal ini tentu menjadi dorongan terhadap universitas di Indonesia untuk memiliki Pusat Layanan Difabel.
PLD berada di bawah LPPM yang terdiri dari Pusat Penelitian dan Penerbitan, Pusat Pengabdian kepada Masyarakat, dan Pusat Layanan Difabel. Jenis layanan PLD yang tercantum dalam SOP layanan diantaranya pelayanan admisi, orientasi mahasiswa baru, advokasi kampus inklusif, program relawan dan edukasi kampus inklusif. Beragam layanan ini disusun sedemikian rupa untuk mencapai target-target dalam mewujudkan kampus ramah difabel, baik dari institusi, lingkungan, serta sumber daya manusia yang ada.
Temu relawan ini diakhiri dengan sesi tanya-jawab oleh orang tua mahasiswa. Ada beragam pertanyaan yang dibahas, seperti halnya terkait pendampingan khusus bagi mahasiswa dengan difabel mental. Terkait proses perkuliahan bagi mahasiswa dengan ragam difabel mental, Astri menyampaikan bahwa PLD akan memberikan layanan pendampingan notetaker. Di samping itu, kerja sama dari orang tua mahasiswa pun dibutuhkan. Materi perkuliahan pun akan dimodifikasi dan diadaptasi sesuai dengan kebutuhan kurikulum yang diperlukan mahasiswa. Sehingga materi yang disampaikan bisa aksesibel bagi mahasiswa difabel, khususnya difabel mental. Oleh karena itu, PLD dan orang tua mahasiswa harus bekerjasam dalam mewujudkan kampus inklusif.