PUSAT LAYANAN DIFABEL LPPM UIN SUNAN KALIJAGA

Tadarus difabel minggu 6

Maya

Bapak ibu dosen dan Sahabat inklusi yang saya muliakan…

Hari ini memasuki minggu ke-6 saya bekerja sebagai koordinator PLD. Saya masih bersemangat  mendengarkan dengan hormat suara-suara kenyataan tentang PLD, kelebihan maupun kekurangannya...saya mendapat banyak masukan perbaikan, pengembangan maupun pelayanan mahasiswa difabel di PLD yang bersifat harian...pendek kata, disamping segudang keberhasilan PLD, masih banyak kekurangan yang bisa kita benahi... 

Pada pagi yang pecah di melting point Pusat Layanan Difabel, saya berbicara dengan Maya , seorang mahasiswi difabel yang baru masuk kuliah tahun 2024 ini, kami ngobrol santai sambil menghargai aktivitas mahasiswa difabel lainnya. Saya bertanya bagaimana Maya bisa kuliah di UIN Jogja? ...Maya kemudian bercerita ...

Sebelum jadi mahasiswa Maya telah mendengar cerita orang -orang mengenai bagaimana UIN Sunan Kalijaga melayani difabel...Maya menyampaikan bahwa apa yang dulu diceritakan orang di luar itu, saat ini benar-benar dia merasakan manfaat layanan tersebut...

Maya mengaku sangat bersemangat menempuh proses perkuliahan di UIN Jogja. Sebagai seorang mahasiswa difabel dia mengaku belum pernah menemukan hambatan yang berarti selama proses perkuliahan di kampus. Maya adalah mahasiswa baru di Prodi Sosiologi.

Meskipun maya merasa bahagia dengan layanan di kampus, tetapi saya tahu bahwa belum semua mahasiswa difabel dapat  merasakan kebaikan seperti dirasakan Maya ini. 

Selalu ingat bahwa setiap orang memiliki potensi dan hak yang sama untuk menjalani kehidupan yang bermakna, karena di balik keterbatasan terdapat semangat dan kekuatan yang luar biasa. 

Jika kita  bersikap terbuka dan memberikan dukungan yang tepat, kita akan melihat bahwa mereka dapat berkontribusi dalam berbagai bidang. Tidak hanya berfokus pada keterbatasan yang mereka miliki, tetapi juga pada kemampuan dan keunikan mereka. 

UIN Sunan Kalijaga telah terus berusaha berproses menciptakan lingkungan yang inklusif, profesional  dan menghargai keberagaman sehingga setiap orang, termasuk difabel, bisa merasakan kebersamaan dan suka cita dalam meraih mimpi-mimpi mereka di sini, di UIN Sunan Kalijaga : “Empowering knowledge, shaping the future” 

Koordinator Pusat Layanan Difabel UIN SUKA. Salam inklusi untuk kita semua...

Asep Jahidin

PUSAT LAYANAN DIFABEL LPPM UIN SUNAN KALIJAGA

Pak Amin

Bapak ibu dosen dan Sahabat inklusi yang saya muliakan…

Siapa yang tidak kenal dengan Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah, Rektor yang sukses mengawal periode peralihan IAIN menjadi UIN Sunan Kalijaga disertai keberhasilan lain yang bisa kita teladani dari beliau, pak Amin, ya demikian kami memanggil nya. Perjalanan pemikiran pak Amin bergerak seperti air, mengalir terus tak bermuara…hingga hari Senin pagi ini, 11 November 2024, pak Amin dinobatkan mendapat Anugrah tertinggi penghargaan Talenta Unggul Habibie Prize simbol ilmuwan Indonesia paling moncer dalam bidang Ilmu filsafat, agama dan kebudayaan.

Saya ingin cerita dari sisi kualitas kelekatan pak Amin dengan difabel …Pak Amin adalah peletak dasar pondasi legalitas layanan difabel di UIN Sunan Kalijaga. Dari sisi regulasi, pak Amin lah yang menandatangani SK pertama dan meresmikan berdirinya PLD ( pada saat itu Namanya masih PSLD, Pusat Studi dan Layanan Difabel ) pada bulan Mei tahun 2007 setelah diperjuangkan dua tahun sejak tahun 2005 oleh para penggagas, pendiri PLD yang gelisah akan kondisi pelayanan mahasiswa difabel...

Berperan sebagai dosen relawan di PLD saat itu, saya menandai hari peresmian tersebut sebagai hari yang penuh antusias. Saya dapat merasakan suasana antusiasme nya hingga saat ini…

Pak Amin sangat berjasa bagi UIN Sunan Kalijaga, wabil khusus dalam kajian dan pelayanan difabel di UIN Sunan Kalijaga. Pak Amin adalah rektor pertama di Indonesia yang menerobos kebuntuan layanan difabel di perguruan tinggi dengan meresmikan layanan difabel di kampusnya pada tahun 2007 itu, di mana saat itu tidak ada satu pun perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki layanan difabel, bahkan pemerintah Indonesia pun baru meratifikasi CRPD, konvensi PBB tentang hak-hak difabel pada tahun 2011 (dan kemudian mengundangkannya pada tahun 2016 sebagai Undang – Undang tentang Penyandang Disabilitas) tertinggal 4 tahun dari pak Amin…

Itulah jasa pak Amin bagi difabel dan kampus inklusi. pak Amin sosok yang simple, sederhana, sangat bergairah, dan yang paling penting, beliau itu selalu tersenyum. Jika bertemu beliau, dari kejauhan saya sudah dapat melihat senyumannya…

Selamat dan barokah kepada Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah atas pencapaian anugrah Talenta Unggul Habibie Prize 2024 dalam bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan. Tadarus mingguan difabel kali ini adalah tribute didedikasikan untuk bapak…

Warisan pak Amin menjadi landasan penting bagi perkembangan kebijakan inklusi yang berkelanjutan dan tujuan SDGs di UIN Sunan Kalijaga : “Empowering knowledge, shaping the future” 

Koordinator Pusat Layanan Difabel UIN SUKA. Salam inklusi untuk kita semua...

Asep Jahidin

 PUSAT LAYANAN DIFABEL LPPM UIN SUNAN KALIJAGA

Minggu 4 

Siapakah yang difabel itu

Bapak ibu dosen dan Sahabat inklusi yang saya muliakan…

Ada pertanyaan: “mengapa sih kita harus keluarkan biaya besar melayani mahasiswa difabel yang jumlahnya hanya sedikit dibandingkan dengan ribuan mahasiswa lain yang itu pun belum maksimal kita layani”...dan seterusnya…Sekilas pertanyaan ini mungkin dirasa wajar-wajar saja…

Jadi begini…Entah yang ke berapa kali saya mendengar pertanyaan senada itu…biasanya reaksi pertama saya adalah tersenyum, bukan karena saya murah senyum, tetapi karena ingin sekedar menetralisir suasana dari pertanyaan tersebut…

Ketahuilah... bahwa banyak di antara mahasiswa difabel yang sebenarnya mereka baru mengalami kondisi difabel tersebut di tengah-tengah perjalanan hidupnya, bukan sejak lahir. Mereka menceritakan kepada saya...ada yang mengalami difabel saat usia SD, ada yang di usia SMP dan bahkan ada juga yang mengalami difabel saat menjadi mahasiswa, lalu oleh Universitas sebelumnya dia tidak lagi dibolehkan untuk  melanjutkan kuliah, dengan alasan keilmuan di prodi tersebut katanya tidak bisa dipelajari oleh tuna netra - dia menjadi difabel netra akibat situasi medis yang dideritanya. Akhirnya dia memutar balik  harapannya dengan mendaftar menjadi mahasiswa difabel di UIN Jogja dan dia lulus mendapat gelar sarjana... Beberapa orang tua bahkan ada yang menceritakan pengalaman anaknya sambil menetes air mata (kami TIM Ahli di PLD sudah biasa melakukan wawancara calon mahasiswa difabel itu bersama orang tuanya satu per satu pada saat mereka mengikuti proses pendaftaran  kuliah di UIN Jogja)

….sehingga hikmah dari berbagai fakta tersebut, andaikan saya balik bertanya kepada si penanya, apakah anda bisa menjamin anda tidak akan menjadi difabel dalam perjalanan hidup anda?...saya yakin jawabannya tidak berani menjamin… kalau pun ada yang berani menjamin…saya tidak tahu bagaimana dia bisa

Jawaban tersebut sebenarnya juga akan menunjuk kepada pertanyaan dia di atas itu…oleh karenanya jika kita berbicara tentang difabel dan  kita memberikan layanan akses kepada mahasiswa difabel di kampus, itu sebenarnya kita juga sedang membicarakan dan sedang melayani diri kita semua bukan hanya semata-mata melayani mahasiswa difabel tersebut.

kita semua mampu naik ke lantai 2 di Gedung kampus karena kita dilayani oleh keberadaan tangga ataupun eskalator, tanpa akses tersebut kita semua tidak bisa naik, kita semua jadi "difabel", itulah yang dimaksud layanan akses. Kita semua sama-sama membutuhkan akses yang inklusif. Saudara kita yang Difabel juga membutuhkannya dalam bentuk yang berbeda beda sesuai dengan jenis disabilitasnya … Istilah "disabilitas" atau “difabel” lebih merujuk pada ketidakmampuan karena diskriminasi dan tidak diberikan akses serta akomodasi yang layak

UIN Sunan Kalijaga : “Empowering knowledge, shaping the future” 

Koordinator Pusat Layanan Difabel UIN SUKA. Salam inklusi untuk kita semua...

Asep Jahidin