Terkini di PLD:
Loading...
,

Montly DisabiliTea Edisi Februari


Minggu kedua bulan Februari ini nampaknya menjadi minggu yang padat bagi Pusat Layanan Difabel (PLD) UIN Sunan Kalijaga. Pasalnya, setelah mengadakan Pembekalan Relawan Baru Hari Rabu kemarin, Kamis berikutnya (12/02) PLD berhasil melaksanakan agenda rutin diskusi bulanannya yang kali ini mengangkat tema “Pengembangan Alat Permainan My Costume sebagai Media untuk Menstimulasi Kecerdasan Visual-Spasial pada Anak Usia Dini,” dengan pembicara Jamil Annashri, S.Kom. Jamil menggantikan Dhiarti Tejaningrum yang kala itu berhalangan hadir. Diskusi yang bertempat di Kantor PLD UIN Sunan Kalijaga ini dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa dari berbagai fakultas dan ragam latar belakang pendidikan.

Pukul 09.30 diskusi dimulai dengan dimoderatori oleh Siti Aminah, Msi. Pembicara mengawali diskusi dengan mempresentasikan proses penelitian dan pengembangan alat permainan My Costume. Latar belakang masalah yakni diperlukannya peningkatan pelayanan pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pembelajaran yang mampu berfungsi sebagai terapi kepada anak autis. Disamping itu, penelitian menunjukkan kecerdasan visual-spasial anak autis lebih tinggi dibandingkan  anak-anak normal.

Peneliti menggunakan metode Research and Development dan hasil akhirnya adalah sebuah produk yang dapat dipertanggungjawabkan kegunaanya. Model pengembangan diadaptasi dari model Alessi dan Trolip dengan melalui beberapa tahap penelitian. Teori terdiri dari empat pembahasan yang masing masing saling berkaitan. Model pengembangan alat ini meliputi planning, design, development, lalu uji produk My Costume.

Diskusi dilanjutkan praktek penggunaan alat peraga oleh salah satu peserta, yang dipandu oleh pembicara. Terdapat 3 model baju (My Costume) yang dipraktekkan berdasarkan level tingkat kesulitan menganyam dan perbedaan lebar lubang yit (My Costume). Level I sebagai permulaan belajar menganyam yit menggunakan tali pengait antar bagian baju, level kedua simulasi baju, dan level ketiga serupa namun memiliki tingkat kesulitan yang berbeda.

Disela-sela praktek  Fina menanyakan, bagaimana cara mengatasi anak autis yang hiperaktif (sampai-sampai duduk pun ga bisa diatur) apalagi disuruh mempraktekan kegiatan My Custom seperti itu. Jamil menjawab, anak yang hiperaktif harus bergabung dengan anak-anak autis lainnya agar merasa kehadirannya dihargai, sehingga perlu arahan dari seorang tentor kemudian dipraketkan bersama-sama. Echa juga menanyakan apakah pelu me-review level-level sebelumnya sebelum masuk ke level 3? “Ya perlu, karena tingkat kesulitannya berbeda-beda, sehingga sebelum naik ke level selanjutnya usahakan bahwa anak-anak tersebut benar-benar sudah paham. Tingkat kesulitan di permainan ini yit ketika menganyam,” jawab Jamil.

Sekitar pukul 11.30 diskusi usai dilanjutkan dengan bincang-bincang bebas dengan pembicara dan berfoto. Monthly DisabiliTea akan hadir lagi dengan tema berbeda yang menarik untuk didiskusikan, tunggu saja seri selanjutnya di Bulan Maret mendatang.
(IIS)


Kabar terkait ...

0 comments