Terkini di PLD:
Loading...

PLD Serahkan "Anugerah Inklusi 2015"

Para penerima "Anugerah Inklusi 2015"
Sejak tahun 2007, UIN Sunan Kalijaga telah menetapkan dan terus mengembangkan diris ebagai universitas inklusif. UIN Sunan Kalijaga membuka diri untuk menjadi tempat kuliah para mahasiswa difabel dari berbagai penjuru negeri. “Saat ini kami melayani 50 orang mahasiswa difabel yang tersebar di berbagai program studi dan fakultas, dan setiap tahunnya menerima tidak kurang dari 15 mahasiswa baru difabel,” kata Arif Maftuhin, kepala Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga.
Usaha UIN Sunan Kalijaga untuk terus meningkatkan layanannya bagi mahasiswa difabel dan mewujudkan pendidikan yang benar-benar inklusif tidak dapat dilakukan oleh satu pihak saja. “Meskipun UIN Sunan Kalijaga sudah membentuk PLD untuk melayani kebutuhan akadmeik mahasiswa difabel, upaya mewujudkan pendidikan inklusif harus menjadi komitmen semua pihak. Masing-masing dengan tugas dan tanggungjawabnya harus berkontibusi karena inklusi itu bukan hanya soal fasilitas dan infrasutruktur, tetapi juga soal komitmen, visi, dan kebijakan.”
Karena itu, Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga merasa perlu untuk memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang selama ini telah secara nyata berkontribusi bagi terwujudnya kampus inklusif di UIN Sunan Kalijaga. Untuk tahun ini, baru tiga kategori yang mendapatkan penghargaan yang diberi nama “Anugrah Inklusi” itu. Anugrah diberikan kepada tokoh, lembaga dan relawan.
Untuk kategori tokoh, penghargaan diberikan kepada Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah dan Prof. Dr. H. Musa Asy’arie. Keduanya adalah mantan rektor UIN Sunan Kalijaga. “Pak Amin adalah rektor yang ‘melahirkan’ PLD. Ide sederhana kami tentang pendidikan inklusif direspon dengan baik oleh beliau. Tanpa menunggu lama, kami mendapatkan kantgor untuk memulai aktifitas pendataan dan pengorganisasian difabel dan relawan. Tanpa pandangan beliau yang visioner, tidak mungkin kita membentuk lembaga yang belum pernah ada sebelumnya di universitas mana pun di Indonesia.” Jelas Andayani, pendiri PLD yang saat itu membawa ide ini kepada Amin Abdullah.
“Pak Musa dipilih karena komitmennya yang tinggi untuk mengembangkan PLD. Begitu memegang tampuk kepemimpinan dari pendahulunya, Pak Musa langsung memilih layanan difabel sebagai salah satu aspek unggulan dan keunikan yang dimiliki UIN Sunan Kalijaga. Pada masa kepimpinan Pak Musa juga UIN Sunan Kalijaga terpilih untuk menerima penghargaan Inclusive Education Award 2013 dari Kemntrian Pendidikan Nasional,” kata Ro’fah, mantan direktur PLD 2010-2013.
Untuk kategori lembaga, juri PLD memutuskan untuk memilih Bagian Rumah Tangga UIN Sunan Kalijaga. Menurut Arif, “Unit-unit lain juga berkontribusi secara signifikan. Tetapi karena kami harus memilih yang ‘paling’, maka untuk tahun 2015 ini kami memilih Bagian Rumah Tangga UIN sebagai pemenangnya. Unit ini sangat responsif terhadap kebutuhan difabel. Sebagai misal, begitu kami menerima mahasiswa berkursi roda, Bagian Rumah Tangga UIN segera memberi fasilitas ram ke masjid dan merenovasi kamar kecil agar bisa segera digunakan untuk mahasiswa difabel.”
Sementara dua relawan yang mendaparkan “Anugrah Inklusi 2015” adalah Galih Aulia Rahman dan Sulistyari Ardyantika. Mereka adalah relawan yang dinilai sangat aktif dan telah cukup lama membantu kegiatan-kegiatan layanan PLD. “Galih ini adalah salah satu juru isyarat khutbah di Masjid UIN sementara Tika terus aktif menjadi relawan dari saat kuliah S1 dulu hingga kini melanjutkan S2 di UIN Sunan Kalijaga,” jelas Arif.
Pemberian Anugrah Inklusi 2015 ini diharapkan dapat mendorong pihak-pihak lain untuk terus meningkatkan komitmen dalam mewujudkan kampus inklusif sesuai bidang dan tugas masing-masing. “Tahun depan, kami berencana memperluas kategori ini untuk para dosen, pihak swasta, dan pihak luar yang berkontribusi bagi UIN.” (*)

Kabar terkait ...

0 comments