Terkini di PLD:
Loading...

Monthly Coffeebility November: Menembus Jalanan Yogya Bersama Difa City Tour And Transport



Hari Jumat (24/11/2017), PLD UIN Sunan Kalijaga kembali menggelar diskusi “Monthly Coffebility” edisi bulan November dengan tema “Socialtechnopreneur”. Tema tersebut dibawakan oleh Triyono, seorang difabel daksa yang merupakan founder  “Difa City Tour and Transport”. Husnil Khatimah NST, selaku moderator  membuka diskusi yang  dihadiri 40 orang di Kantor PLD, Gedung Rektorat Lama Lt. 1, Kampus Timur UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Diskusi ini dimulai dengan pemaparan oleh pemateri dan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. 

Socialtechnopreneur merupakan istilah yang terdiri dari kata “Social”, “Technology”, dan “Enterpreneur”. Istilah ini digunakan untuk para wirausahawan yang memanfaatkan teknologi dalam bidang sosial. 

Perjalanan Hidup Triyono 

Triyono memulai dengan kisah hidupnya sebagai seorang difabel daksa. Triyono terlahir normal, namun pada usia 3 tahun ia mengalami disfungsi pada kedua kakinya. Ia menceritakan betapa sulitnya mengakses pendidikan. Triyono kecil pernah melakukan operasi namun hasilnya tidak memuaskan. "Saya punya  130 jahitan di usia saya 9 tahun, sakitnya itu tidak hanya di sini, tapi sakitnya itu di sana-sini," kenangnya.

Triyono tidak patah arang, ia ingin sekolah. Semua nggota keluarga sangat mendukung pendidikannya, mulai SD, SMP, SMA, dan kuliah. "Saya punya enam kaki, yaitu kaki ayah, ibu, dan adik saya. Mereka menggendong saya bergantian". Triyono tergolong siswa yang berprestasi dan aktif dalam organisasi. Triyono menyelesaikan sarjananya di prodi Peternakan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Difa City Tour and Transport 

Keprihatinan Triyono tentang sulitnya aksesibilitas transportasi bagi difabel di Yogya menjadi alasan bagi dirinya untuk mendirikan Difa. Triyono membuat proposal untuk penggadaan motor dan berhasil mendapatkan bantuan motor. Ia ingin menggandeng transportasi online yang sudah ada. Akan tetapi, mereka tidak berminat karena difabel dipandang tidak mampu. Oleh karena itu, ia merasa harus membuat sendiri tranportasi yang berpihak kepada difabel.

Otomatis, Difa menjadi ojek online pertama di dunia  yang aksesibel bagi difabel. Awalnya, Difa bergerak pada layanan jasa antar. Akan tetapi, lambat laun Difa melebarkan sayapnya dengan layanan yang lain, seperti city tour.

Keberpihakan tidak hanya bagi para penumpang difabel. Triyono juga berinisiatif memberdayakan difabel sebagai driver. Selain mereka disediakan motor yang sudah dimodifikasi, training mengemudi motor sampai memperoleh SIM D, mereka juga dibekali dengan kemampuan berbahasa asing, karena rupanya, Difa diminati oleh pelancong asing karena kreativitas difabel. Selama  ini difabel masih belum memiliki kesempatan yang sama  untuk memperoleh pekerjaan tersebab karena diskriminasi dan tidak aksesibel.

Motor dimodifikasi dengan tambahan boks penumpang di sebelah kiri. Untuk pengguna yang tidak bisa lepas dari kursi roda, Difa menyediakan boks penumpang tanpa kursi yang memudahkan pengguna kursi roda. 

Selain melayani antar jemput penumpang difabel yang bisa dipesan melalui telepon, SMS, atau Whatsapp di nomor 082328016326/087839496564/08562886611. Difa juga meluncurkan aplikasi “Difa Bike” yang bisa diunduh di Google Play Store.

Harapan Triyono ke depan, Difa bisa berkembang di kota-kota lain. Triyono memproyeksikan tahun depan, Difa bisa beroperasi di Bali. Oleh karena itu, ia dan difabel lainnya berkerja keras menambah armada dan menngkatkan pelayanan yang profesional.

Mendunia





Aktivitas moda transportasi yang unik ini menarik banyak kalangan, baik dalam negeri maupun luar negeri. Triyono beberapa kali diundang ke stasiun televisi untuk menjelaskan Difa, itung-itung sebagai promosi. Di luar negeri, beberapa kali ia diliput oleh media dari negeri Sakura.

Kabar terkait ...

0 comments