Relawan
Pelatihan Bahasa Isyarat untuk lancarkan komunikasi dengan Tuli
Anggi dan Warkah mempraktikkan huruf dalam bahasa isyarat
Senin (24/10/2016) Pusat Layanan Difabel (PLD) adakan pelatihan bahasa isyarat untuk relawan baru yang di mulai pada hari ini. Bertempat di PLD acara pelatihan dibagi menjadi 4 sesi dalam satu hari. Yaitu jam 09.00-10.00, 10.00-11.00, dan 13.00-14.00. Pembagian waktu ini dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas kuliah. Acara yang dilaksanakan setiap hari senin hingga jumat ini merupakan lanjutan dari orientasi relawan baru terkait tugas dan tanggung jawab relawan. Pelatihan akan berlangsung menjadi diskusi harian bahasa isyarat di PLD.
Bahasa isyarat merupakan alat komunikasi alternatif yang menjembatani komunikasi dengan mahasiswa Tuli. Karena itu pelatihan bahasa isyarat sangat penting untuk dibudayakan menjadi agenda rutin PLD. Firda, mahasiswi jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI), mengungkapkan kesan saat mengikuti pelatihan bahasa isyarat perdananya. "Mudah ditiru karena menggunakan slide dan langsung dicontohkan oleh temen-temen Tuli,"ungkapnya.
Ia juga menyampaikan kebutuhannya sebagai relawan untuk memahami bahasa yang menggunakan ketrampilan jari jemari ini.
"saat mendampingi temen-temen Tuli, nggak enak aja kalau cuma jadi notetaker. Jadi harus belajar bahasa isyarat agar komunikasi lebih nyambung,"tuturnya lagi. Notetaker merupakan salah satu tugas relawan dalam mendampingi mahasiswa Tuli dengan cara menulis pokok-pokok penjelasan dari dosen saat mengajar.
Selain Firda, ada juga komentar dari Fahmi. Mahasiswa prodi Filsafat Agama ini merasa bahwa pelatihan bahasa isyarat sangat membantu teman-teman Tuli dalam pembelajaran kuliah di kampus.
"Temen-temen Tuli itu juga memiliki hak untuk mendengar dan memahami apa yang disampaikan dosen di kelas. Salah satu caranya dengan menjelaskan menggunakan bahasa isyarat,"ungkapnya.
Relawan baru dalam pelatihan ini akan ditemani oleh teman-teman Tuli yaitu Anggi, Beni, Chandra, Warkah, dan Indra Kumala. Pembagian jadwal mengajar disesuaikan dengan waktu senggang mereka. Sistem pembeljaran yag digunakan ada dua cara. "Belajar secara individual dengan memperhatikan gerakan yang dicontohkan. Setelah itu dengan cara berkelompok. Relawan dengan relawan lainnya," jelas Anggi melalui bahasa isyarat.
Antuasias peserta sangat terlihat ketika mencoba mempraktikkan bahasa isyarat. Meskipun waktu sudah melewati batas pada sesi terakhir, para peserta tetap melanjutkan pelatihan. Anggi yang saat itu mendapat jadwal mengajar bersedia mendampingi para peserta. "Waktunya fleksibel saja. Tapi di jadwal memang hanya satu jam,"pungkasnya.(faroha)
0 comments