Terkini di PLD:
Loading...
,

Strategi Relawan dalam Mendampingi Mahasiswa Difabel Baru

Kresna Wahyu Nugraha *)

Sesuai dengan peran dan fungsi dari PLD dalam melayani mahasiswa difabel di UIN Sunan Kalijaga, bahwa setiap mahasiswa difabel berhak mendapatkan pelayanan yang baik dalam mendukung aktifitas perkuliahan. Setelah adanya pembukaan relawan yang baru khususnya, masih ada kebingungan, motivasi yang berbeda serta rasa canggung yang mereka hadapi didalam mendampingi mahasiswa difabel dan akhirnya mereka lambat laun tidak aktif didalam kegiatan. Selanjutnya dari mahasiswa difabel sendiri perlu adanya kegiatan pendampingan yang dilakukan sebelum dan saat perkuliahan.



Relawan dari PLD kebanyakan adalah teman akrab ataupun para relawan yang sejatinya tertarik untuk mengikuti kegiatan yang sifatnya membantu mahasiswa difabel, namun karena tidak adanya training ataupun pembelajaran rutinan dari PLD akhir akhir ini, hanya sedikit sahabat relawan baru yang mengetahui secara detail teknik teknik pendampingan yang harus dilakukan.  Karena mayoritas dari pengalaman serta kesadaran niat dalam hati dari masing masing relawan memiliki motivasi yang berbeda beda, kebanyakan dari mereka keinginan menjadi relawan ingin dapat merasakan betapa susah senang dan duka dari berbagai hal yang dilakukan mahasiswa difabel di kampus maupun ditempat lain. Anggapan yang besar adalah mahasiswa difabel dengan adanya keterbatasan fisik tidak berpengaruh terhadap prestasi dan kelebihan yang dimiliki, bahkan mempunyai bakat yang terpendam melebihi orang normal sekalipun. Mahasiswa difabel dengan keterbatassan kemampuan yang dimiliki tidaklah harus menjadi permasalahan secara sosial, medis maupun secara moral. Hal yang paling penting adalah Bagaimana strategi yang dilakukan relawan dalam berkomunikasi dengan mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga sebelum perkuliahan dimulai bukan bagaimana agar relawan mau bersedia aktif, karena tidak setiap relawan memahami kode etik atau tatacara yang sesuai dalam pendampingan terhadap mahasiswa difabel.

Dalam ini ini akan dijelaskan bagaimana strategi pendampingan mahasiswa difabel UIN Sunan Kalijaga oleh relawan sebelum proses perkuliahan dimulai.

Dari hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan 3 relawan dari jumlah 54 yang ada saat ini, sedikitnya terdapat 20 yang selalu aktif/mengerti benar teknik dan strategi yang harus dilakukan oleh relawan didalam mendampingi mahasiswa difabel baik sebelum dan saat perkuliahan.  Pada awal perkuliahan tahun 2014 ini sedikitnya ada 10 mahasiswa difabel UIN Suka yang masuk, 8 Tuna Netra, 1 Tuna Daksa dan 1 Tuna Rungu.

Selanjutnya pendampingan yang dilakukan oleh relawan adalah dengan cara mendata secara langsung melalui petugas yang ada di PKSI kemudian memverivikasi ulang dengan data yang ada di PLD. Alhasil sebelum sosialisasi pembelajaran dimulai pihak PLD selalu berkomunikasi dengan para relawan yang masih dan sudah ada di sekitaran Yogyakarta, karena waktu masih dalam sesi liburan semester genap. Tidak banyak jumlah relawan yang mau berpartisipasi secara pure untuk selalu memberikan pendampingan terhadap mahasiswa difabel.
Selanjutnya selalu ada breaving terhadap relawan yang sudah ditunjuk dan disiapkan untuk mendampingi mahasiswa difabel. Dari relawan yang sudah bersedia mengikuti persiapan pendampingan, mayoritas adalah relawan yang aktif dan harus memiliki waktu yang longgar. Tidak hanya itu, pihak PLD pernah memberikan jasa imbalan terhadap para relawan dari luar PLD baik mahasiswa UIN atau yang lain untuk mendampingi mahasiswa difabel sebelum perkuliahan, namun langkah itu dikecewakan oleh pihak relawan inti dari PLD itu sendiri, karena tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan. Tidak hanya itu para relawan seharusnya mengetahui benar teknik teknik pendampingan yang harus dilakukan, terutama untuk mahasiswa difabel Tuna Rungu. Walaupun begitu, relawan yang baru mengikuti kegiatan dan bergabung menjadi sahabat inklusi mayoritas jarang yang mengikuti kegiatan pendampingan sebelum perkuliahan.

Dapat dijabarkan bahwa kegiatan kegiatan sebelum perkuliahan itu meliputi kegiatan pendaftaran ulang seperti cek kesehatan, test ict dll. Kegiatan sosialisasi pembelajaran pada masing masing fakultas, serta kegiatan orientasi pengenalan akademik. Nah disini relawan berbagi tugasnya masing masing, tetapi yang paling banyak dilakukan adalah pada kegiatan sospem dan opak. Untuk kegiatan pendaftaran verifikasi mahasiswa baru kebanyakan dari mereka masih diantar oleh pihak keluarga. Kemudian pada kegiatan sosialisasi pembelajaran menurut hasil yang saya dapat melalui wawancara baik langsung kepada relawan dan juga dengan mahasiswa difabel baru menyebutkan bahwa kegiatan tidaklah muluk-muluk, pihak PLD sudah bekerja sama dengan pihak penyelenggara sospem tiap fakultas untuk siap membantu mahasiswa difabel, ternyata tidak semua mahasiswa difabel membutuhkan pendampingan didalam kelas dan sudah mandiri berinteraksi dengan teman teman mereka. Tetapi khusus mahasiswa tuna rungu yang membutuhkan pendampingan, karena memang harus lebih pure terhadap penggunaan bahasa isyarat.  Berlanjut pada kegiatan Opak ternyata  juga tidak berbeda jauh dengan kegiatan sospem, pihak PLD melalui relawan sudah siap jauh jauh hari untuk bekerja sama dengan panitia opak, serta sudah siap sedia standby di ruang PLD. Jadi relawan tidak serta merta mengikuti gerak mobilitas dari mahasiswa difabel. Agar mereka dapat berinteraksi, berkomunikasi dan bersosialisasi secara mandiri dengan teman temanya.  Kecuali memang dalam keadaan mendesak seperti adanya presentasi ataupun kegiatan seminar yang dilakukan pihak panitia opak.   Setelah kegiatan diatas yang telah dijabarkan untuk membantu mahasiswa difabel didalam kegiatan aktifitas belajar akademik maupun non akademik memang dibutuhkan media atau fasilitasyang bersifat mendukung selain tenaga pendamping/relawan agar lebih mandiri serta aktif didalam kehidupannya.

Untuk Mahasiswa tuna netra tidak semuanya tergantung dengan keadaan. Banyak dari mereka yang lebih mandiri dari pada orang normal pun. Selain media ataupun fasilitas yang bersifat mendukung, sebelum perkuliahan dari pihak relawan PLD selalu mengadakan latihan orientasi mobilitas karena mahasiswa difabel tuna netra sering mengalami keterbatasan gerak serta memiliki tingkat penglihatan yang berbeda beda menurut klasifikasinya. Kegiatan ini dilakukan setelah sospem dan opak. Memang tidak semuanya mengikuti, karena sudah ada pengalaman pada hari hari sebelumnya. Teknik teknik dari orientasi mobilitas yang dilakukan meliputi:
  1. 1. Tongkat Pemandu. Alat ini terbuat dari aluminium yang dapat dilipat, serta umum digunakan oleh orang orang yang mengalami gangguan penglihatan. Tongkat ini dapat digunakan secara mandiri untuk bepergian kemana mana sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
  2. 2. Menggunakan pemandu. Maksud disini adalah mengajak relawan untuk membantu mahasiswa tuna netra mengenali tempat tempat yang kiranya ramai, asing dan belum terjamah oleh mahasiswa tsb. Melalui cara ini juga pemandu/relawan memberitahu mengenai perubahan arah posisi dan letak dari tempat tersebut, selanjutnya secara langsung mahasiswa difabel selalu mengingat dengan detail bahkan tempat yang jauh maupun ramai sekalipun.
  3. 3. Kemampuan mandiri dari mahasiswa difabel itu sendiri. Kemampuan ini diarahkan untuk selalu bersikap mandiri didalam kegiatan ataupun aktifitas kehidupan sehari hari baik didalam kampus maupun luar kampus. 

Dalam melaksanakan kegiatan kegiatan secara umum, mayoritas dari mahasiswa tuna netra sudah mandiri dan tidak selalu tergantung kepada orang lain. Mereka akan tersinggung apabila setiap kegiatan selalu serta merta didampingi oleh orang lain/relawan. Karena memang itu merupakan kegiatan yang bersifat pribadi. Sedangkan kegiatan yang dilakukan relawan lebih kepada pendampingan yang bersifat umum berupa pendampingan akademik.

Berlanjut untuk mahasiswa tuna rungu harus lebih intens menggunakan bahasa isyarat. Karena tidak setiap relawan paham akan hal tersebut. Pendampingan yang dilakukan memang sangat rumit meliputi lebih intens dalam bersosialisasi dengan kawan mereka. Tidak jauh berbeda dengan mahasiswa tuna netra yang telah disebutkan. Pada kegiatan sospem memang relawan diperkenankan masuk untuk menerjemahkan bahasa dari awal masuk hingga akhir.  Selanjutnya didalam kegiatan opak semua diserahkan kepada panitia agar lebih intens dalam berkomunikasi dengan teman teman mereka. Kecuali memang didalam kegiatan yang bersifat khusus seperti presentasi ataupun mengikuti seminar dan kegiatan mendesak lainnya. Setelah kegiatan tersebut sebelum perkuliahan tidak ada kegiatan khusus, hanya pengenalan penggunaan bahasa isyarat yang lebih intensif, karena ada perbedaan istilah didalamnya. Serta pengenalan terhadap beberapa relawan yang sudah mahir didalam penggunaan bahasa isyarat, sebelum perkuliahan dimulai.

Yang terakhir bagi mahasiswa tuna daksa tidak serumit yang dibayangkan, hanya saja didalam membantu gerak mobilitas yang dilakukan. Seperti yang telah dijabarkan diatas PLD sudah lebih berpengalaman dengan panitia Opak. Jadi relawan tidak harus stanby disekitaran mahasiswa tuna daksa tersebut. Tetapi lebih mengarah kepada pengawasan yang dilakukan. Semua gerak mobilitas yang dilakukan semuanya dilimpahkan kepada panitia opak. Sedangkan untuk sospem sama dengan opak perbedaannya hanya mobilitas didalam ruangan maupun diluar ruangan.
Kesimpulan

Dari berbagai kegiatan kemandirian yang dilakukan mahasiswa difabel tidaklah semua harus terfokus kepada pendampingan seorang relawan. Setiap mahasiswa difabel / semua orang berhak untuk menentukan arah kehidupan yang dikehendaki menurut keyakinan. Dari kegiatan pendampingan yang dilakukan itu menjadi tanda bahwa setiap orang belum memahami paradigma kampus Inklusi. Sesuai dengan kegiatan pembelajaran akademik maupun fasilitas belum sepenuhnya dapat membantu dan harus membutuhkan tenaga relawan. Seharusnya semua pihak mengetahui secara real pemaknaan dari kampus inklusi, agar semua pihak baik akademik, mahasiswa, maupun warga kampus tidak lagi memandang sebelah mata terhadap mahasiswa difabel serta saling membantu satu sama lain agar tercipta keteraturan sosial di dalam masyarakat baik didalam kampus maupun diluar kampus.

*) Mahasiswa Sosiologi Agama, UIN Sunan Kalijaga

Kabar terkait ...

0 comments